Review: Chocolate Ville Bangkok

Sunday afternoon in Bangkok ❤️ #uploadkompakan #ukperahukertas #bangkok #chocolateville

A post shared by Hasya Nur Islami (@hasyanr) on Jul 2, 2017 at 6:52pm PDT

Pertama kali saya liat postingan tentang chocolate ville sewaktu blogwalking lagi cari-cari tentang tempat wisata di Bangkok selain kuil-kuil, chao praya river dan Grand Palace karena sebelumnya sudah pernah. Kesan saya, waaah kece dan instagramable banget. Jadi Chocolate Ville ini adalah sebuah restoran outdoor yang cukup besar dan luas terletak tidak terlalu jauh dari pusat kota Bangkok. Menurut saya kalau di Bandung seperti di farm house cuma lebih besar dan lebih kece. Bedanya di farmhouse ada tiket masuk yang bisa ditukar dengan makanan, juga ada hewan-hewan. Kalau disni biaya masuk GRATIS, juga pengunjung mudah untuk mendapatkan tempat duduk karena kapasitas restorannya lumayan besar dan luas.

Pemandangan di Sore Hari Dari Atas Menara

Gimana sih cara ke Chocolate Ville? Paling mudah pakai taksi atau Grab. Tapi pilihan saya jatuh pada Grab karena kalau taksi tarifnya berubah-ubah sesuai dengan tingkat kemacetan Bangkok. Oh ya, chocolate ville ini buka jam 4 sore, di saat jam macet di Bangkok. Jadi menurut saya lebih baiknaik Grab saja. Tarif Grab dari Hotel saya di daerah Ratchatewi menuju Chocolate ville adalah 250bath. Lumayan lah ya 100 ribu rupiah. Tapi setelah melihat kemacetan Bangkok dan jarak tempuh sekitar 1jam kurang menurut saya ya wajar saja dengan harga bensin di Thailand  yang lebih mahal dari di Indonesia hehe. Kami termasuk beruntung, karena ternyata kalau naik taksi kebanyakan minta flat price 350 - 400 bath yaitu sekitar 140 ribu - 160 ribu rupiah.

Area Depan Chocolate Ville

Saat kami tiba jam 4 sore kurang sedikit, di chocolate ville masih belum terlalu penuh. Tapi sudah ada beberapa wisatawan luar negri juga yang datang dalam rombongan bis. Saran saya datang jam 4 sore kurang kalau mau puas foto-foto tanpa ada banyak gangguan. Karena begitu jam 5 sore keatas Chocolate Ville makin penuh didatangi orang-orang dan menurut saya kurang nyaman foto-foto kalau ditunggu banyak orang. 

Disaat orang-orang baru datang, saya dan si Abang sudah santai sambil cemal-cemil makanan yang ada di Chocolate Ville. Halal? Sepertinya tidak karena banyak pork huhu. Jadi saya dan si Abang pesen jus semangka, thai tea, dessert dan cheesse pizza yang menurut kami aman. Oh ya sebenarnya gak beli makanannya pun gak apa-apa. Cuma datang dan foto kemudian pergi lagi pun memungkinkan karena ada rombongan yang seperti itu dan Chocolate Ville lumayan luas jadi tidak ada yang memperhatikan. Kecuali kalau sudah duduk di meja-mejanya pasti disamperin sama waiter/waitress nya.

Untuk segi rasa makanannya menurut saya enak, skornya 4/5 deh. Kalau dari segi pelayanannya beberapa pelayan ada yang kurang fokus. Jadi ketika saya pergi ke toilet setelah memesan makanan (saya cukup terkesima melihat toiletnya yang unyu tapi gak sempet foto karena gak enak sama pengunjung yang sama-sama ada di dalam toilet.) Begitu keluar saya liat ada menu MANGO FESTIVAL yang keliatannya enak banget. Saya foto lalu saya liatin lah ke si waiter nya karena pas pertama pesan gak dikasih sama sekali menu tersebut. Dia bilang "no have".  Tapi waktu kepo liat meja tetangga kok mereka bisa pesen ya. Akhirnya saya panggil waiter lain yang keliatannya lebih sigap. Daaan ternyata menu itu pun sebenarnya ada. Cuma ada satu bahan yang habis jadi harus di ganti dengan es krim vanila. Menurut saya si waiter yang pertama bisa saja tidak tahu, bisa juga bingung jelasin dalam bahasa Inggris. Jadinya cukup bilang "no have"

❤️ #chocolateville #bangkok

A post shared by Hasya Nur Islami (@hasyanr) on Jul 6, 2017 at 4:42am PDT

Oh ya di Thailand memang jarang yang fluently speak English jadi terkadang saya juga suka miskom. Hasil investigasi saya waktu ngobrol sama Ms.Ladda (next chapter ya waktu jalan-jalan ke phuket). Katanya memang gak diajarkan bahasa Inggris. Jadi kalau mau yaaaa les dulu tapi gak semua orang sanggup bayar English course, begitulah ceritanya. Back to topic,  untuk harga menurut saya standar cafe seperti di Indonesia. Untuk minuman range 70bath ~ 28rb. Dessert 100bath ~ 40rb dan main course tergantung pesan apa. Kalau pizzanya sih seingat saya 120rb an tapi cukup besar dan mengenyakan sampai-sampai rencana kami jajan di siam paragon batal.

Saya pulang sekitar jam 7 malam, lumayan juga lah ya jam 4 sore sampai jam 7 malam buat foto-foto dan nongkrong cantik hehe.  Ternyata makin malam makin penuh. Kami juga bertemu rombongan dari Indonesia yang baru datang. Oh ya dari chocolate ville juga bisa naik taksi dengan biaya tambahan kalau tidak salah 20bath dari tarif nya. Harganya seperti naik taksi di Bangkok, flat price 400bath sampai hotel kami. Jadi kami pesan grab lagi dengan harga 275bath. Perjalan pulang ternyata lebih lama karena malam minggu. Sekitar jam 8 malam lebih 15 menit  kami baru tiba.

Kesan kami selama di Chocolate Ville adalah cukup puas dengan makanan dan suasana restorannya yang bikin berkesan. Yang bikin minusnya adalah lama-lama diem di tempat makan outdoor adalah bikin cepet gosong hahahaa. Mau balik lagi? Hmmm boleh lah kalau ada yang bayarin taksinya PP haha.